YOUR PARTNER TO BE ENTREPRENEUR

YOUR PARTNER TO BE ENTREPRENEUR

Minggu, 19 Oktober 2014

UMAR USMAN FAMILY CAMPUS


v  Dimulai dari keluarga

v  Nilai-nilai keluarga :
-          Cinta
-          Peduli
-          Kelembutan
-          Kebersamaan
-          Kenyamanan
-          Saling membantu
-          Persaudaraan
-          Perlindungan bersama
-          Patronase (yayasan)
-          Kepemimpinan (manajemen)
-          Tanggung jawab bersama (manajemen, dosen, mahasiswa)
-          Etika (tata krama)
-          Kurang birokrasi (yang informal)
-          Keamanan
-          Kerinduan rasa untuk bersama-sama
-          Toleransi
-          Rumah manis rumah
-          Kebahagiaan

v  Prinsip belajar: learning by doing, learing dengan berbagi dan belajar dengan melayani dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama

v  Motto : Maju bersama, sejahtera bersama (masyarakat)

v  Nabi : Menyandang nama Umar-Usman, dua sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang mempunyai empat akhlak mulia: Shiddiq (benar) , tabligh (menyebarkan dengan cara mendidik), amanah (dapat dipercaya), dan fathanah (dengan arif bijaksana)

v  Bekerja dan berusaha sekuat tenaga sebagai ibadah yang paling diharap adalah berkah Allah

v  Alumni dan almamater : tumbuh bersama

KONTEMPLASI:
Kemiskinan si kaya

Kaya tapi miskin. Kebutuhan dasar hidup sudah terlampaui, bahkan berkelimpahan, tapi mereka masih merasa miskin. Mereka masih merasa kurang, ingin punya “lebih” dalam banyak hal. Sesungguhnyalah mereka bukan miskin harta, melainkan miskin kebahagiaan dan atau ketentraman hidup.

The Poverty of Affluence “Kemiskinan Si kaya” adalah judul buku karya Paul L Wachtel penulis Amerika Serikat, tahun 1983. Buku ini merupakan potret psikologis dari cara hidup di amerika. Diungkapkan, ekonomi Amerika yang berorientasi kepada pertumbuhan, pemujaan individualisme dan keinginan tak henti untuk memilih “lebih” dalam pekerjaan, hubungan dan lingkup kehidupan apapun ternyata tidak membawa kepada kepuasaan.

Fenomena hidup seperti itu menghinggapi kelas menengah Amerika dan dunia pada umumnya, tak terkecuali Indonesia. Jumlah kelas menengah Indonesia tahun 2013 menurut catatan pemerintah Indonesia mencapai 56,7 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 130 juta orang. Jika anda membelanjakan antara 2 sampai dengan 20 dolar AS (sekitar Rp.20 ribu sampai Rp.200 ribu) perhari untuk kebutuhan hidup, anda sudah termasuk kelas ini.

Miskin Spiritual

Dismaping yang bersifat fisik, manusia punya kebutuhan spiritual. Mereka yang asyik memburu kenikmatan fisik sering melupakan kebutuhan spiritual. Kelas menengah Amerika dan Eropa Barat pada tahun 1970an gandrung mempelajari spiritualisme dari Timur, khususnya India. Mereka sudah berkecukupan, tapi merasa kalah bahagia dengan guru-guru spiritual yang tampak sederhana itu. Mereka miskin secara spiritual.

Trend mempelajari spiritualitas jufa meningkat dikalangan kelas menengah Indonesia, Bagi muslim dan muslimat, mendirikan sholat, berdoa, berdzikir, berpuasa, membayar zakat dan sedekah, menolong sesama, pergi haji dan umrah bisa menjai pilihan untuk memenuhi kebutuhan spiritual menuju kedamaian batin.

Tapi lagi-lagi karena bersifat massal dan masif beberapa kegiatan keagamaan telah tumbuh menjadi industri juga, misalnya biro perjalanan haji dan umrah.  Tak ada yang salah dengan ini, selama itu dijalankan sebagai ibadah untuk meraih ridho Allah.

Kuncinya ada padda niat untuk semata beribadah kepada Allah. Ini akan membebaskan manusia dari ketidakpuasaan. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup seimbang: kaya di dunia dan di akhirat. Apapun, menjadi orang kaya lebih enak. Apalagi jika seperti pepatah Jerman “Lieber reich und gesund als arm und krank” (lebih baik kaya dan sehat daripada miskin dan sakit).


Hijrahnya banyak pesoroh ke dalam kegiatan ibadah keagamaan dan sosial dengan mengubah penampilan dan gaya hidup, saya pikir, sebagian juga karena mereka merasa tidak terpuaskan hanya oleh capaian-capaian duniawi mereka. Semoga mereka berhasil mendapatkan hidayah dan berkah.

0 komentar:

Posting Komentar